watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

ANAK SMU DIDESA

Aku tinggal di Cirebon tapi tempat kerjaku di
dekat Indramayu yang berjarak sekitar 45 Km
dan kutempuh dengan kendaraan kantor (nyupir
sendiri) sekitar 1 jam. Bagi yang tahu daerah ini,
pasti akan tahu jalan mana yang kutempuh.
Setiap pagi kira-kira jam 06.30 aku sudah
meninggalkan rumah melewati route jalan yang
sama (cuma satu-satunya yang terdekat) untuk
berangkat ke kantor. Pagi hari di daerah ini,
seperti biasa terlihat pemandangan anak-anak
sekolah entah itu anak SD, SMP ataupun SMU,
berjajar di beberapa tempat di sepanjang jalan
yang kulalui sambil menunggu angkutan umum
yang akan mereka naiki untuk ke sekolah mereka
masing-masing. Karena angkutan umum sangat
terbatas, biasanya mereka melambai-lambaikan
tangannya dan mencoba menyetop kendaraan
yang lewat untuk mendapatkan tumpangan.
Kadang-kadang ada juga kendaraan truk ataupun
pick-up yang berhenti dan berbaik hati
memberikan tumpangan, sedangkan kendaraan
lainnya jarang mau berhenti, karena yang
melambai-lambaikan tangannya berkelompok
dan berjumlah puluhan.
Suatu hari Senin di bulan Oktober 98, aku keluar
dari rumah agak terlambat yaitu jam 06.45 pagi.
Kuperhatikan anak-anak sekolah yang biasanya
ramai di sepanjang jalan itu mulai agak sepi,
mungkin mereka sudah mendapatkan kendaraan
ke sekolahnya masing-masing. Saat
perjalananku mencapai ujung desa Bedulan
(tempat ini pasti dikenal oleh semua orang
karena sering terjadi tawuran antar desa sampai
saat ini), kulihat ada seorang anak sekolah
perempuan yang melambai-lambaikan
tangannya.
Setelah kulihat di belakangku tidak ada kendaraan
lain, aku mengambil kesimpulan kalau anak
sekolah itu berusaha mendapatkan tumpangan
dariku dan karena dia seorang diri di sekitar situ
maka segera kuhentikan kendaraanku serta
kubuka kacanya sambil kutanyakan, "Mau ke
mana dik?". Kulihat anak sekolah itu agak cemas
dan segera menjawab pertanyaanku, "Pak boleh
saya ikut sampai di SMA-------- (edited by Yuri)",
dari tadi kendaraan umum penuh terus dan saya
takut terlambat?, dengan wajah yang penuh
harap. "Yaa.., OK lah.., naik cepat", kataku.
"Terima kasih paak", katanya sambil membuka
pintu mobilku.
Jarak dari sini sampai di sekolahnya kira-kira 10
Km dan selama perjalanan kuselingi dengan
pertanyaan-pertanyaan ringan, sehingga aku
tahu kalau dia itu duduk di kelas 3 SMU di------
dan bernama War (edited by Yuri). Tinggi
badannya kira-kira 155 cm, warna kulitnya bisa
dibilang agak hitam bersih dan tidak cantik tapi
manis dan menarik untuk dilihat, entah apanya
yang menarik, mungkin karena matanya agak
sayu.
Tidak terlalu lama, kendaraanku sudah sampai di
daerah-------dan War segera memberikan aba-
aba. "Ooom.., sekolah saya ada di depan itu",
katanya sambil jarinya menunjuk satu arah di
kanan jalan. Kuhentikan kendaraanku di depan
sekolahnya dan sambil menyalamiku War
mengucapkan terima kasih. Sambil turun dari
mobil, War masih sempat bertanya, "Oom..,
besok pagi saya boleh ikut lagi.., nggak Oom,
lumayan Oom.., bisa naik mobil bagus ke
sekolah dan sekalian menghemat ongkos..,
boleh yaa.. Oom?". Aku tidak segera menjawab
pertanyaan itu, tapi kupandangi wajahnya, lalu
kujawab, "Boleh boleh saja War ikut Oom, tapi
jangan bergerombol ikutnya yaa".
"Enggak deh Oom, saya cuma sendiri saja kok
selama ini".
Setiap pagi sewaktu aku mencapai desa itu, War
sudah ada di pinggir jalan dan melambaikan
tangannya untuk menghentikan mobilku. Dalam
setiap perjalanan dia makin lama makin banyak
bercerita soal keluarganya, kehidupannya di
desa, teman-teman sekolahnya dan dia juga
sudah punya pacar di sekolahnya. Ketika kutanya
apakah pacarnya tidak marah kalau setiap hari
naik mobil orang, War bilang tidak apa-apa tapi
tanpa ada penjelasan apapun, sepertinya dia
enggan menceritakan lebih jauh soal pacarnya.
War juga cerita bahwa selama ini dia tidak
pernah kemana-mana, kecuali pernah dua kali di
ajak pacarnya piknik ke daerah wisata di
Kuningan.
Seminggu kemudian di hari Jum'at, waktu War
akan naik di mobilku kulihat wajahnya sedih dan
matanya bengkak seperti habis menangis dan
War duduk tanpa banyak bicara.
Karena penasaran, kusapa dia, "War, habis
nangis yaa.., kenapa..? coba War ceritakan..,
siapa tahu Oom bisa membantu". War tetap
membisu dan sedikit gelisah. Lama dia diam saja
dan aku juga tidak mau mengganggunya
dengan pertanyaan-pertanyaan, tetapi kemudian
dia berkata, "Oom, saya habis ribut dengan
Bapak dan Ibu", lalu dia diam lagi.
"Kalau War percaya pada Oom, tolong coba
ceritakan masalahnya apa, siapa tahu Oom bisa
membantu", kataku tetapi War saja tetap
membisu.
Ketika mobilku sudah mendekati sekolahnya,
tiba-tiba War berkata, "Oom.., boleh nggak War
minta waktu sedikit buat bicara di sini,
mumpung masih belum sampai di sekolah".
Mendengar permintaannya itu, segera saja
kuhentikan mobilku di pinggir jalan dan kira-kira
jaraknya masih 2 Km dari sekolahnya.
"Ada apa War..?", Kataku. War tetap diam dan
sepertinya ada keraguan untuk memulai
berbicara.
"Ayoo.., lah War (sebenarnya pengarang
penuliskan tiga harus terakhir dari namanya, tapi
terpaksa oleh Yuri diganti jadi 3 huruf terdepan),
jangan takut atau ragu.., ada apa sebenarnya",
tanyaku lagi.
"Begini.., Oom, kata War", lalu dia menceritakan
bahwa tadi malam dia minta uang kepada orang
tuanya untuk membayar uang sekolahnya yang
sudah tiga bulan belum dibayar dan hari ini
adalah hari terakhir dia harus membayar, karena
kalau tidak dia tidak boleh mengikuti ulangan.
Orang tuanya ternyata tidak mempunyai uang
sama sekali, padahal uang sekolah yang harus
dibayar itu sebesar 80 ribu rupiah. Alasan orang
tuanya karena panen padi yang diharapkan telah
punah karena hujan yang terus menerus. Dan
katanya lagi orang tuanya menyuruh dia
berhenti sekolah karena tidak mampu lagi untuk
membayar uang sekolah dan mau dikawinkan
dengan tetangganya.
Aku tetap diam untuk mendengarkan ceritanya
sampai selesai dan karena War juga terus diam,
lalu kutanya, "Teruskan ceritamu sampai selesai
War". Dia tidak segera menjawab tapi yang
kulihat airmatanya terlihat menggenang dan
sambil mengusap air matanya dia berkata,
"Oom, sebetulnya masih banyak yang ingin War
ceritakan, tapi saya takut nanti Oom terlambat ke
kantornya dan War juga harus ke sekolah, serta
lanjutnya lagi.., kalau Oom ada waktu dan tidak
keberatan, saya ingin pergi dengan Oom supaya
saya bisa menceritakan semua masalah pribadi
saya". Setelah diam sejenak, lalu War berkata
lagi, "Oom, kalau ada dan tidak keberatan, saya
mau pinjam uang Oom 80 ribu untuk
membayar uang sekolah dan saya janji akan
mengembalikan setelah saya dapat dari orang
tua saya".
Mendengar cerita War walaupun belum
seluruhnya, hatiku terasa tersayat dan segera
kurogoh dompetku dan kuambilkan uang 200
ribu dan segera kuberikan padanya.
"Lho Oom, kok banyak benar.., saya takut tidak
dapat mengembalikannya", katanya sambil
menarik tangannya sebelum uang dari tanganku
dipegangnya.
"War.., ambillah.., nggak apa-apa kok, sisanya
boleh kamu belikan buku-buku atau apa saja..,
saya yakin War membutuhkannya", dan segera
kupegang tangannya sambil meletakkan uang itu
ditangannya dan sambil kukatakan, "War.., ini
nggak usah kamu beritahukan kepada siapa-
siapa, juga jangan kepada orang tuamu.., dan
War nggak perlu mengembalikannya".
Belum selesai kata-kataku, tiba-tiba saja dari
tempat duduknya dia maju dan mencium pipi
kiriku sambil berkata, "Terima kasih banyak
Oom.., Oom.. sudah banyak menolong saya".
Aku jadi sangat terkesiap dan berdebar, bukan
karena mendapat ciuman di pipiku, tapi karena
tangan kiriku tersentuh buah dadanya yang
terasa sangat empuk sehingga tidak terasa
penisku menjadi tegang dan sementara War
masih mencium pipiku, kugunakan tangan
kananku untuk membelai rambutnya dan
kucium hidungnya.
"Ayoo.., War.., sudah lama kita di sini, nanti
kamu terlambat sekolahnya".
War tidak menjawab tapi kulihat dikedua
matanya masih tergenang air matanya. Ketika
sudah sampai di depan sekolahnya sambil
membuka pintu mobil, War berkata, "Oom..,
terima kasih yaa.. Ooom dan kapan Oom ada
waktu untuk mendengar cerita War".
"Kalau besok gimana..?, kataku.
"Boleh.., oom", jawabnya cepat.
"Lho.., besok kan masih hari Sabtu dan War kan
harus sekolah", jawabku.
"Sekali-kali mbolos kan nggak apa apa Oom..,
hari Sabtu kan pelajarannya tidak begitu padat
dan kurang penting", kata War.
"Oklah.., kalau begitu.., War, kita ketemu besok
pagi ditempat biasa kamu menunggu".
Dalam perjalanan ke kantor setelah War turun,
masalah War terasa mengganggu pikiranku
sehingga tidak terasa aku sudah sampai di
kantor. Sebelum pulang kantor, aku izin untuk
tidak masuk besok Sabtu pada Bossku dengan
alasan akan mengurus persoalan keluarga di
Kuningan. Demikian juga waktu malamnya
kukatakan pada istriku kalau aku harus ke Jakarta
untuk urusan kantor dan kalau selesainya telat
terpaksa harus menginap dan pulang pada hari
Minggu.
Besok paginya dengan berbekal 1 stel pakaian
yang telah disiapkan oleh Istriku, aku berangkat
dan sampai di tempat yang biasa, kulihat War
tetap memakai baju seragam sekolahnya.
Setelah dia naik ke mobil, kembali kulihat
matanya tetap seperti habis menangis.
Lalu kutanya, "War.., habis perang lagi yaa?, soal
apa lagi?".
"Oom, ceritanya nanti saja deh", katanya agak
malas.
"Kita mau kemana Oom?", Tanyanya.
"Lho.., terserah War saja.., Oom sih ikut saja".
"Oom.., saya kepingin ke tempat yang agak sepi
dan nggak ada orang lain.., jadi kalau-kalau War
nangis, nggak ada yang melihatnya kecuali
Oom".
Sambil memutar mobilku kembali ke arah
Cirebon, aku berpikir sejenak mau ke tempat
mana yang sesuai dengan permintaan War, dan
segera teringat kalau di pinggiran kota Cirebon
yang ke arah Kuningan ada sebuah lapangan
Golf dan Cottage CPN.
Segera saja kukatakan padanya, "War.. Tempat
yang sesuai dengan keinginanmu itu kayaknya
agak susah, tapi.., bagaimana kalau kita ke CPN
saja..?".
"Dimana itu Oom dan tempat apaan?", tanya
War.
Aku jadi agak susah menjelaskannya, tapi
kujawab saja, "Tempatnya sih nggak jauh yaitu
sedikit di luar Cirebon dan.., begini saja deh..,
War.., kita ke sana dulu dan kalau War kurang
setuju dengan tempatnya, kita cari tempat lain
lagi".
Setelah sampai di tempat dan mendaftar di
receptionist serta memesan minuman ringan
serta mengambil kunci kamarnya, segera aku
kembali ke mobil dan kutanyakan pada
War--"gimana War.., kamu mau disini..?, lihat
saja tempatnya sepi (maklum saja masih pagi-
pagi. Receptionistnya saja seperti terheran-heran,
sepertinya berfikir kok ada tamu pagi-pagi sekali
dan nomor mobilnya bukan dari luar kota).
Setelah mobil kuparkir di depan kamar, sebelum
turun kutanya dia kembali, "War.., gimana..,
mau di sini? atau mau cari tempat lain?". War
tidak segera menjawab pertanyaanku, tapi dia
ikut turun dari mobil dan mengikutiku ke arah
pintu kamar motel. Segera setelah sampai di
dalam, dia langsung duduk di tempat tidur
sambil memperhatikan seluruh ruangan. Karena
kulihat dia tetap diam saja, aku jadi merasa tidak
enak dan segera kudekati dia yang masih tetap
duduk di pinggiran tempat tidur dan sambil agak
berlutut, kucium keningnya beberapa saat dan
tiba-tiba saja War memelukku dan terdengar
tangisan lirih sambil terisak-isak. Sambil masih
memelukku, kuangkat berdiri dari duduknya dan
kuelus-elus rambutnya, sambil kucium pipinya
serta kukatakan, "War coba tenangkan dirimu
dan ceritakan semua masalah mu pada Oom..,
siapa tahu Oom bisa membantumu dalam
memecahkan masalahmu itu". War masih saja
memelukku tapi senggukan tangisnya mulai
mereda. Beberapa saat kemudian kubimbing dia
ke arah tempat tidur dan perlahan
kutelentangkan War di tempat tidur dan
kurangkulkan tangan kiriku di bahunya dan
kupandangi wajahnya, sambil kukatakan, "War
cobalah ceritakan masalahmu itu dan biar Oom
bisa mengetahui permasalahanmu itu".
War tetap diam saja dan memejamkan
matanya, tapi tak lama kemudian, sambil
menyeka air matanya dia membuka matanya
dan memandang ke arahku yang jaraknya
antara wajahnya dan wajahku sangat dekat
sekali.
"Oom..", katanya seperti akan memulai bercerita,
tapi lalu dia diam lagi. "War..", kataku sambil
kucium pipinya dan kuusap-usapkan jari tangan
kananku di rambutnya, "cerita lah".
Lalu War mulai bercerita dan dia menceritakan
secara panjang lebar soal kehidupan keluarganya
yang miskin, dia anak pertama dari 3
bersaudara, tentang pacarnya di sekolah tapi lain
kelas yang sudah 2 tahun pacaran dan sekarang
sudah meninggalkan dia karena mendapatkan
pacar baru di kelasnya dan dia juga
menceritakan kalau orang tuanya sudah
menjodohkan dengan tetangganya yang sudah
punya istri dan anak, tapi kaya dan rumahnya
tidak terlalu jauh dari rumah War dan dia harus
segera berhenti dari sekolahnya karena akan
dikawinkan pada bulan Maret akan datang. War
katanya kepingin sekolah dulu dan belum pingin
kawin, apalagi kawin dengan orang yang sudah
punya Istri dan anak. War punya keinginan mau
lari dari rumahnya, tapi tidak tahu mau ke mana.
War juga menceritakan bahwa sebetulnya dia
masih cinta kepada kawan sekolahnya itu,
apalagi dia sudah telanjur pernah tidur bersama
sewaktu piknik ke Kuningan dulu, walaupun
katanya dia tidak yakin kalau punya pacarnya itu
sudah masuk ke vaginanya apa belum, karena
belum apa-apa sudah keluar katanya.
"Jadi.., gimana.., Oom.., apa yang harus saya
perbuat dengan masalah ini, katanya setelah
menyelesaikan ceritanya.
"War", kataku sambil kembali kuelus-elus
rambutnya dan kucium pipinya di dekat
bibirnya.
"War.., masalahmu kok begitu rumit, terutama
persoalan lamaran tetanggamu itu. Begini saja
War.., sebaiknya kamu minta kepada
orangtuamu untuk menunda perkawinan itu
sampai kamu selesai sekolah. Bilang saja.., kalau
ujian SMA-mu hanya tinggal beberapa bulan
lagi".
"Katakan lagi.., sayang kalau biaya yang telah
dikeluarkan selama hampir tiga tahun di SMA
harus hilang percuma tanpa mendapatkan
Ijasah. War.., sewaktu kamu mengatakan ini
semua, jangan pakai emosi, katakan dengan
lemah lembut, mudah-mudahan saja orang
tuamu mau mengerti dan mengundurkan
perjodohanmu dengan tetanggamu itu".
"Kalau orang tuamu setuju, jadi kamu bisa
konsentrasi untuk menyelesaikan sekolahmu dan
yang lainnya bisa dipikirkan kemudian".
Setelah selesai memberikan saran ini, lalu
kembali kucium pipinya seraya kutanya..,
"War.., bagaimana pendapatmu dengan saran
Oom ini?".
Seraya saja War bangkit dari tidurnya dan
memelukku erat-erat sambil menciumi pipiku
dan berkata, "Ooom.., terima kasih.., atas saran
Oom ini.., belum terpikir oleh saya sebelumnya
hal ini.., Oom sangat baik terhadap War entah
bagaimana caranya saya membalas kebaikan
Oom", dan terasa air matanya menetes di pipiku.
Setelah diam sesaat, kembali kurebahkan badan
War telentang dan kulihat dari matanya yang
tertutup itu sisa air matanya dan segera kucium
kedua matanya dan sedikit demi sedikit
cimmanku kuturunkan ke hidungnya dan terus
turun ke pipi kirinya, setelah itu kugeser
ciumanku mendekati bibirnya. Karena War
masih tetap diam dan tidak menolak,
keberanianku semakin bertambah dan secara
perlahan-lahan kugeser ciumanku ke arah
bibirnya, dan tiba-tiba saja War menerkam dan
memelukku serta mencari bibirku dengan
matanya yang masih tertutup. Aku berciuman
cukup lama dan sesekali lidahku kujulurkan ke
dalam mulutnya dan War mengisapnya. Sambil
tetap berciuman, kurebahkan badannya lagi dan
tangan kananku segera kuletakkan tepat di atas
buah dadanya yang terasa sangat kenyal dan
sedikit kuremas. Karena tidak ada reaksi yang
berlebihan serta War bukan saja mencium
bibirku tapi seluruh wajahku, maka satu persatu
kancing baju SMU-nya berhasil kulepas dan
ketika kusingkap bajunya, tersembul dua bukit
yang halus tertutup BH putih tipis dan ukurannya
tidak terlalu besar.
Ketika kucoba membuka baju sekolahnya dari
tangan kanannya, War kelihatannya tetap diam
dan malah membantu dengan membengkokkan
tangannya. Setelah berhasil melepas baju dari
tangan kanannya, segera kucari kaitan BH-nya di
belakang dan dengan mudah kutemukan serta
kulepaskan kaitannya, sementara itu kami masih
tetap berciuman, kadang dibibir dan sesekali di
seluruh wajah bergantian. BH-nya pun dengan
mudah kulepas dari tangan kanannya dan ketika
kusingkap BH-nya, tersembul buah dada War
yang ukurannya tidak terlalu besar tapi
menantang dan dengan puting susunya
berwarna kecoklatan.
Dan dengan tidak sabar dan sambil meremas
pelan payudara kanannya, kuturunkan wajahku
menyelusuri leher dan terus ke bawah dan
sesampainya di payudaranya, kujilati payudara
War yang menantang itu dan sesekali kuhisap
puting susunya, sementara War meremas-
remas rambutku seraya terdengar suara lirih,
"aahh.., aahh.., oomm.., sshh.., aahh". Aku
paling tidak tahan kalau mendengar suara lirih
seperti ini, serta merta penisku semakin tegang
dan kugunakan kesempatan ini sambil tetap
menjilati dan menghisap payudara War,
kugunakan tangan kananku untuk menelusuri
bagian bawah badan War.
Ketika sampai di celana dalamnya serta kuelus-
elus vaginanya, terasa sekali ada bagian CD yang
basah. Sambil masih tetap menjilati payudara
War, kugunakan jari tanganku menyusup
masuk dari samping CD-nya untuk mencari bibir
vaginanya dan ketika dapat dan kuelus, badan
War terasa menggelinjang dan membukakan
kakinya serta kembali terdengar, "aahh.., sshh..,
sshh.., aahh". Aku jadi semakin penasaran saja
mendengar suara War mengerang lirih seperti
itu. Segera kulepas tanganku yang ada di
vaginanya dan sekarang kugunakan untuk
mencari kancing atau apapun yang ada di Rok
sekolahnya untuk segera kulepas. Untung saja
rok sekolah yang dipakai adalah rok standard
yaitu ada kaitan sekaligus ritsluiting, sehingga
dengan mudah kutemukan dan kubuka kaitan
dan ritsluitingnya, sehingga roknya menjadi
longgar di badan War.
Lalu perlahan-lahan kuturunkan badanku serta
ciumanku menelusuri perut War seraya
tanganku berusaha menurunkan roknya. Roknya
yang sudah longgar itu dengan mudah
kuturunkan ke arah kakinya dan kuperhatikan
War mengenakan CD warna merah muda dan
kulihat juga vaginanya yang menggunung di
dalam CD-nya.
Badan War menggelinjang saat ciumanku
menelusuri perut dan pada saat ciumanku
mencapai CD di atas gunungan vaginanya,
gelinjang badan War semakin keras dan
pantatnya seakan diangkat serta tetap kudengar
suaranya yang lirih sambil meremas-remas
rambutku agak keras serta sesekali memanggil,
"sshh.., aahh.., sshht.., oom.., aahh". Sambil
kujilati lipatan pahanya, kuturunkan CD-nya
perlahan-lahan dan setelah setengahnya terbuka,
kuperhatikan vagina War masih belum banyak
ditumbuhi bulu sehingga terlihat jelas belahan
vaginanya dan basah.
Setelah berhasil melepas CD-nya dari kedua kaki
War yang masih menjulur di lantai, kuposisikan
badanku diantara kedua paha War sambil
merenggangkan kedua pahanya. Dengan pelan-
pelan kujulurkan lidahku dan kujilati belahan
vaginanya yang agak terbuka akibat pahanya
kubuka agak lebar. Bersamaan dengan jilatanku
itu, tiba-tiba War bangun dari tidurnya dan
berkata, "Jaa.., ngaan.., Ooom", sambil mencoba
mengangkat kepalaku dengan kedua tangannya.
Karena takut War akan marah, maka dengan
terpaksa aku bangkit dan kupeluk War serta
berusaha menidurkannya lagi sambil kucium
bibirnya untuk menenangkan dirinya. War tidak
memberikan komentar apa-apa, tapi kami
kembali berciuman dan War sepertinya lebih
bernafsu dari sebelumnya dan lebih agresif
menciumi seluruh wajahku. Sementara itu
tanganku kugunakan untuk melepas baju dan BH
War yang sebelah dan yang tadi belum sempat
kulepas, War sepertinya mendiamkan saja,
malah sepertinya membantuku dengan
memiringkan badannya agar bajunya mudah
kulepas. Sambil tetap berciuman, sekarang aku
berusaha untuk melepas baju dan celanaku
sendiri.
Setelah aku berhasil melepas semua pakaianku
termasuk CD-ku, lalu dengan harap-harap cemas
karena aku takut War akan menolaknya, aku
menempatkan diriku yang tadinya selalu di
samping kiri atau kanan badan War, sekarang
aku naik di atas badan War. Perkiraanku ternyata
salah, setelah aku ada di atas badan War,
ternyata dia malah memelukkan kedua
tangannya di punggungku sambil sesekali
menekan-nekan. Dalam posisi begini, terasa
penisku agak sakit karena tertindih di antara
badanku dan paha War. Karena tidak tahan,
segera kuangkat kaki kananku untuk mencari
posisi yang nikmat, tapi bersamaan dengan
kakiku terangkat, kurasakan War malah
merenggangkan kedua kakinya agak lebar, tentu
saja kesempatan ini tidak kusia-siakan, segera
saja kutaruh kedua kakiku di bagian tengah
kedua kakinya yang dilebarkan itu dan sekarang
terasa penisku berada di atas vagina War. War
masih memelukkan kedua tangannya di
punggungku dan meciumi seluruh wajahku.
Sambil masih tetap kujilat dan ciumi seluruh
wajahnya, kuturunkan tanganku ke bawah dan
sedikit kumiringkan badanku, perlahan-lahan
kuelus vagina War yang menggembung dan
setelah beberapa saat lalu kupegang bibir
vaginanya dengan jariku dan kurasakan kedua
tangan War serasa mencekeram di punggungku
dan ketika jari tengahku kugunakan untuk
mengelus bagian dalam vaginanya, terasa
vagina War sangat basah dan kurasakan badan
bawah War bergerak perlahan-lahan sepertinya
mengikuti gerakan jari tanganku yang sedang
mengelus dan meraba bagian dalam vaginanya
dan sesekali kupermainkan clitorisnya dengan
jari-jariku sehingga War sering berdesis,
"Ssshh.., sshh.., aahh.., sshh", sambil kurasakan
jari kedua tangannya menusuk punggungku.
Setelah sekian lama kupernainkan vaginanya
dengan jariku, kemudian kulepaskan jariku dari
vagina War dan kugunakan tangan kananku
untuk memegang penisku serta segera saja
penisku kuarahkan ke vagina War sambil
kugosok-gosokan ke atas dan ke bawah
sepanjang bagian dalam vagina War, serta
kembali kudengar desis suaranya, "sshh..,
sshh.., oom.., aahh.., sshh", dan pantatnya
diangkat naik turun pelan-pelan. Karena kulihat
War sudah sangat terangsang nafsunya, segera
saja kuhentikan gerakan tanganku dan kutujukan
penisku ke arah bawah bagian vaginanya dan
setelah kurasa pas, segera kulepaskan tanganku
dan kutekan pelan-pelan penisku k edalam
vagina War.
Kuperhatikan wajah War agak mengerenyit
seperti menahan rasa sakit serta menghentikan
gerakan pantatnya serta bersuara pelan tepat di
dekat telingaku, "Aduuhh.., oomm.., Jangaann..,
sakiitt.., Asiihh.., takuut., Oom". Mendengar
suaranya yang sedikit menghiba itu, segera
kuhentikan tusukan penisku dan kuelus-elus
dahinya sambil kucium telinganya serta
kubisikan, "Tidak.., apa-apa.., sayaang.., Oom..,
pelan-pelan saja.., kok", untuk menenangkan
ketakutan War. War tidak segera menanggapi
kata-kataku dan tetap diam saja dengan tetap
masih memelukkan kedua tangannya di
punggungku.
Karena dia diam saja dan memejamkan kedua
matanya, segera secara perlahan-lahan,
kutusukan kembali penisku ke dalam vaginanya
dan terdengar lagi War berkata lirih di dekat
telingaku, "Aduuhh.., sakiitt.., oom.., Asihh..,
takuut", padahal kurasakan kalau War mulai lagi
menggerakkan pantatnya perlahan-lahan.
Mendengar kata-katanya yang lirih ini, kembali
kuhentikan tusukan penisku tapi masih tetap
ditempatnya yaitu di lubang vaginanya, dan
kembali kuciumi bibir dan wajahnya serta
kuelus-elus rambutnya sambil kubisiki, "Takut
apa sayang..". War tidak segera menjawab
pertanyaanku itu. Sambil menunggu
jawabannya, kuteruskan ciumanku di bibirnya
dan War mulai lagi melayani ciumanku itu
dengan memainkan lidahku yang kujulurkan ke
dalam mulutnya dan kurasakan War mulai
memindahkan kedua tangannya dari punggung
ke atas pantatku. Aku tetap bersabar menunggu
dan tidak terburu-buru untuk menusukkan
penisku lagi. Tetap dengan masih menghisap
lidahku, kurasakan kedua tangan War sedikit
menekan pantatku, entah perintah supaya aku
menusukkan penisku ke vaginanya atau hanya
perasaanku saja.
Sementara aku diamkan saja dan dengan masih
berciuman, kutunggu reaksi War selanjutnya.
Ketika ciumanku kualihkan ke daerah dekat
telinganya, kulihat War berusaha mengelak
mungkin karena kegelian dan kembali kurasakan
kedua tangannya seperti menekan pantatku. Lalu
kembali kulumat bibirnya dan perlahan tapi pasti,
kembali kutekan penisku ke dalam liang
kewanitaannya, tapi War tidak kuberi
kesempatan untuk berkata-kata karena mulutnya
kusumpal dengan mulutku dan penisku makin
kutekankan ke dalam vaginanya serta kulihat
mata War menutup rapat-rapat seperti menahan
sakit.
Karena penisku belum juga menembus
vaginanya, lalu sedikit kuangkat pantatku dan
kembali kutusukkan ke dalam vagina War dan,
"Bleess", terasa penisku sepertinya sudah
menembus vagina War dan, "aahh.., sakiit..,
oom..", kudengar suara War sambil seperti
menahan rasa sakit dan berusaha menarik
pantatku. Untuk sementara tidak kugerakkan
pantatku dan setelah kulihat War mulai tenang
dan kembali mau menciumi wajahku, lalu
perlahan-lahan kutekan penisku yang sudah
menembus vaginanya supaya masuk lebih
dalam lagi.
"aahh.., oom.., pelan.., pelaan..", kudengar War
berkata lirih.
"Iyaa.., sayaang.., oom pelah-pelan", jawabku
serta kubelai rambutnya. Setelah kudiamkan
sebentar, lalu kugerakkan pantatku naik turun
sangat pelan agar War tidak merasa kesakitan,
dan ternyata berhasil, wajah War keperhatikan
tidak tegang lagi sehingga pergerakan penisku
keluar masuk vagina War sedikit kupercepat dan
belum berapa lama terdengar suara War,
"oom.., oom.., aaduuhh.., oomm.., aahh",
sambil kedua tangannya mencengkeram
punggungku dengan kuat dan menciumi
keseluruhan wajahku dengan sangat bernafsu
dan badannya berkeringat, lalu War berteriak
agak keras, "aahh.., oomm.., aduuhh..", lalu
War terkapar dan terdiam lemas dengan nafas
terengah-engah. Rupanya Aku yakin kalau War
sudah mencapai orgasmenya padahal nafsuku
baru saja akan naik. Karena kulihat War
sepertinya sedang kelelahan dengan kedua
matanya tertutup rapat, jadi timbul rasa
kasihanku, lalu sambil kuseka keringat wajahnya
kuciumi pipi dan bibirnya dengan lembut, tapi
War tidak bereaksi dan tanpa kuduga di gigitnya
bibirku yang sedang menciumnya seraya
berkata lirih, "oom.., nakal.., yaa, War baru sekali
ini merasakan hal seperti tadi", sambil mencubit
punggungku. Aku tidak menjawab komentarnya
tapi yang kuperhatikan adalah nafasnya sudah
mulai teratur dan secara perlahan-lahan aku
mulai menggerakkan penisku lagi keluar masuk
vagina War.
Kuperhatikan War mulai terangsang lagi, War
mulai menghisap bibirku dan mulai mencoba
menggerakkan pantatnya pelan-pelan dan
gerakannya ini membuat penisku seperti di
pelintir keenakan. Gerakan penisku keluar masuk
semakin kupercepat dan demikian juga War
mulai makin berani mempercepat gerakan
putaran pantatnya, sambil sesekali kedua
tangannya yang dipelukkan dipinggangku
berusaha menekan sepertinya menyuruhku
untuk memasukkan penisku ke dalam vaginanya
lebih dalam lagi dan kudengar War mulai
bersuara lagi.., "aahh.., aahh.., oohh.., oomm..,
aah", dan tidak terasa akupun mulai berkicau,
"aacchh.., aahh.., Siihh.., enaakk.., teruus.., Siih".
Ketika nafsuku sudah mulai memuncak dan
kudengar juga nafas War semakin cepat, dengan
perlahan-lahan kupeluk badan War dan segera
kubalik badannya sehingga sekarang War sudah
berada di atasku dan kupelukkan kedua tanganku
di pantatnya, sedangkan wajah War ditempelkan
di wajahku. Dengan sedikit makan tenaga,
kucoba menggerakkan pantatku naik turun dan
setiap kali pantatku naik, kugunakan kedua
tanganku menekan pantat War ke bawah dan
bisa kurasakan kalau penisku masuk lebih dalam
di vagina War, sehingga setiap kali kudengar
suaranya sedikit keras, "aahh.., ooh". Dan
mungkin karena keenakan, sekarang gerakan
War malah lebih berani dengan menggerakkan
pantatnya naik turun sehingga kedua tanganku
tidak perlu menekannya lagi dan setiap kali
pantatnya menekan ke bawah sehingga penisku
serasa masuk semuanya di vagina War,
kudengar dia bersuara keenakan, "Aahh.., aah
disertai nafasnya yang semakin cepat, demikian
juga aku sambil berusaha menahan agar maniku
tidak segera keluar.
Gerakan War semakin cepat saja dan kurasakan
wajahnya semakin ditekankan ke wajahku
sehingga kudengar nafasnya yang sangat cepat
itu di dekat telingaku dan, "Aduuh.., aahh..,
aahh.., oomm.., War.., mauu.., keluaar.., aah".
"Tungguu.., Waarr.., kitaa.., samaa.., samaa.,
oom.., Jugaa.., mauu.., keluarr".
"aahh.., aahh.., oomm", teriak War sambil
mengerakkan pantatnya menggila dan akupun
karena sudah tidak tahan menahan maniku dari
tadi segera kegerakkan pantatku lebih cepat dan,
"Crreett.., ccrreett.., ccrreett.., dan "aahh..,
siihh.., oom keluaar", sambil kutekan pantat War
kuat-kuat.
Setelah beristirahat sebentar, kuajak War ke
kamar mandi untuk membersihkan badan dan
War kembali menjatuhkan badannya di tempat
tidur, mungkin masih merasakan kelelahan. Tak
terasa jam sudah menunjukkan hampir jam 12
siang dan segera saja kupesan makan siang.
TAMAT


Adult | GO HOME | Exit
1/1675
U-ON

inc Powered by Xtgem.com